Ronaldo Kejang di Piala Dunia 1998: Suap, Epilepsi, atau Santet?

By-|

Instagram

Ronaldo Kalah Final World Cup 1998
Ronaldo Kalah Final World Cup 1998 (theathletic.com)

Pada tahun 1998 silam kompetisi sepak bola antar negera paling bergengsi Piala Dunia (World Cup) kembali diadakan di Prancis setelah 60 tahun lamanya. Pada gelaran tersebut, FIFA memberlakukan beberapa regulasi baru, di antaranya menambah jumlah peserta dari 24 menjadi 32, yang memungkinkan beberapa negara debutan tampil di World Cup 1998, seperti Jamaika, Kroasia, dan Jepang. FIFA juga mengadopsi sistem golden goal atau yang juga dikenal dengan nama sudden death pada fase gugur. Dengan aturan golden goal, jika skor tetap imbang dalam waktu normal, maka tim yang mencetak gol lebih dulu pada babak perpanjangan waktu akan menjadi pemenang.

Kejutan Piala Dunia 1998

Piala Dunia 1998 sampai sekarang boleh dibilang menjadi topik pembicaraan yang tak pernah membosankan untuk selalu dibahas. Sebagai tuan rumah, Prancis menjadi tempat yang penuh kenangan dan bersejarah bagi para penggemar sepak bola. Banyak pula kejanggalan dan misteri yang sulit dipecahkan tersaji selama gelaran Piala Dunia saat itu. Misal pada babak penyisihan grup diwarnai dengan kejutan-kejutan kalahnya beberapa tim unggulan, seperti kekalahan Brasil dari Norwegia dan Inggris yang tumbang dari Romania. Kejutan lainnya adalah keberhasilan Nigeria meraih kemenangan dramatis Spanyol 3–2 lewat gol penentu Sunday Oliseh.

Kroasia juga menjadi sorotan dengan penampilan gemilangnya pada Piala Dunia 1998. Sekadar diketahui, tim dengan seragam khas kotak-kota putih merah tersebut hanya butuh 5 tahun dari kemerdekaan mereka untuk mencicipi turnamen internasional pertamanya, yaitu Piala Eropa 1996. Di usia 7 tahun merdeka, mereka secara mengejutkan berhasil lolos ke Piala Dunia 1998 usai tumbangkan Ukraina di babak playoffs. Kroasia bahkan dianggap sebagai underdog terbaik sepanjang sejarah Piala Dunia. Davor Suker striker andalan mereka menjadi top skor World Cup 1998 dengan 6 gol. Bahkan 5 kali kemenangan mereka pada Piala Dunia 1998 lebih banyak dibandingkan Brasil yang hanya menang 4 kali.

Karier Sempurna Ronaldo

Namun, semua kisah mengejutkan pada babak penyisihan grup dan fase knockout Piala Dunia 1998 itu tidak sebanding dengan apa yang terjadi di laga final. Pertandingan terakhir yang mempertemukan antara tuan rumah Prancis dan juara bertahan Brasil menghadirkan banyak momen yang tidak terduga. Salah satunya adalah penampilan Ronaldo Nazario yang tidak biasa di laga tersebut, alih-alih tampil memukau sebagaimana prediksi banyak pengamat bola sebelum laga final tersebut dimulai. Bahkan para penggemar yang selalu menyaksikan Ronaldo dari babak penyisihan hingga semifinal World Cup 1998 tidak mengenali penampilannya pada laga final, benar-benar seperti orang lain.

Ronaldo Nazario di Inter Milan
Ronaldo Nazario di Inter Milan (espn.com.br)

Sebelum lebih jauh membahas tentang itu, kita sedikit menengok tentang Ronaldo pada masa itu. Ronaldo medio 1998-an usianya baru 22 tahun, tetapi ia sudah berhasil menjadi pemain terbaik dunia sebanyak 2 kali (1996 dan 1997) dan memenangkan 1 Ballon d’Or (1997). Pencapaiannya di dunia sepak bola saat itu diharapkan akan menjadi sempurna jika ia berhasil membawa Brasil menjadi juara Piala Dunia untuk kelima kalinya. Empat tahun sebelumnya, Ronaldo sebenarnya memang sudah merasakan kemenangan Piala Dunia 1994, tetapi pada turnamen tersebut ia tidak bermain sama sekali karena masih menjadi pemain muda di bangku cadangan. Barulah pada Piala Dunia 1998, ia menjadi pilihan utama di lini depan tim asuhan Mario Zagallo.

Di turnamen tersebut, Ronaldo benar-benar menjadi bintang besar, setidaknya sampai sebelum laga final melawan Prancis berlangsung. Meskipun hanya mencetak 1 gol di fase grup, Ronaldo tampil sangat cemerlang di fase gugur. Ia mencetak 2 gol Brasil saat mengalahkan Chile pada partai 16 besar dan mencetak 1 gol cantik bagi tim Samba untuk lolos dari hadangan timnas Belanda pada laga semifinal yang super ketat. Namun sayangnya sehari sebelum menghadapi Prancis di babak final, kondisi Ronaldo tiba-tiba berubah dari yang semula ceria menjadi murung tanpa sebab. Pada hari itu, ia lebih banyak diam di kamar, wajahnya pucat dan terlihat seperti orang yang ketakutan.

Ronaldo Kejang Jelang Final

Baca juga:

Menurut Leonardo Araujo, bintang AC Milan yang pada World Cup 1998 jadi rekan setimnya, Ronaldo awalnya sedang tidur siang, lalu tiba-tiba Ronaldo mengalami serangan kejang yang sangat hebat. Roberto Carlos yang berada satu kamar dengannya kemudian berlari meminta pertolongan pada tim medis. Sesuai dengan cerita Leonardo, Roberto Carlos mengatakan bahwa seluruh pemain sangat khawatir dan terkejut dengan kejadian yang menimpa pemain andalan mereka tersebut. Bahkan Edmundo mengatakan bahwa saat itu tubuh Ronaldo bergetar dengan sangat kencang hingga mulutnya mengeluarkan busa. Edmundo melihat Ronaldo memukul kepalanya sendiri dan beberapa kali lidahnya hampir tertelan.

Setelah diperiksa oleh dokter, keadaan fisik Ronaldo dinyatakan baik-baik saja, tak ada yang membahayakan kata dokternya. Kemudian Ronaldo bangun pada pukul 5 sore dan masih belum menyadari apa yang terjadi sebelumnya lantaran rekan-rekan setimnya sengaja tak memberitahu dia. Timnas Brasil memutuskan untuk menggantikan Ronaldo dengan Edmundo yang dianggap lebih fit untuk bermain pada laga final. Pada saat timnas Brasil pergi ke Stade de France untuk bertanding final, Ronaldo dibawa ke klinik Lillas Paris. Ketika itu, rumor bahwa Ronaldo tidak akan bermain di final sudah tersebar. Sementara Edmundo sudah siap untuk menjadi starter menggantikan sang mega bintang Ronaldo.

Bapuk Parah di Partai Final

Ronaldo dan Bek Prancis WC 1998
Ronaldo dan Bek Prancis WC 1998 (irishtimes.com)

Sampai hari final melawan Prancis tiba, Zagallo tidak melakukan sesi pemanasan di lapangan yang telah disediakan, melainkan hanya gelar sesi peregangkan otot di ruang ganti. Mereka takut mengecewakan pendukung Brasil jika mengetahui Ronaldo tidak ikut dalam sesi pemanasan di lapangan. Dengan perasaan cemas dan tidak tahu apa yang akan terjadi, tim Brasil terkejut ketika Ronaldo meminta untuk dimainkan pada pertandingan final. Sekadar diketahui, Ronaldo yang dikabarkan tidak akan hadir malah tiba di stadion 40 menit sebelum pertandingan dimulai. Zagallo yang awalnya enggan memainkan Ronaldo pun berubah pikiran dan memberikan tempatnya kembali sebagai ujung tombak timnas Brasil.

Namun keputusan Zagallo itu membuahkan hasil yang sangat mengecewakan. Bagaimana tidak, Ronaldo tampil jauh dari harapan pada pertandingan final. Dia terlihat tidak bertenaga, tidak mampu berlari, dan kehilangan gocekan-gocekan maut yang selama ini menjadi kelebihannya. Pada pertandingan final itu Brasil kalah 0–3 atas tuan rumah melalui dua gol Zinedine Zidane dan satu gol Emmanuel Petit. Ketika ditanya tentang keputusannya, Zagallo mengaku bahwa ia tidak punya pilihan. Ia lebih memilih untuk kalah dengan memainkan Ronaldo daripada harus dihujat publik Brasil karena tidak memainkan pemain terbaik di pertandingan final. Sampai saat ini, belum ada jawaban pasti tentang apa yang terjadi dengan Ronaldo.

Dalam wawancara dengan media FourFourTwo pada awal tahun 2018 lalu, Ronaldo menjelaskan tentang apa yang sebenarnya dia rasakan dan alami jelang final Piala Dunia 1998. Kepada media tersebut, Ronaldo mengaku kala itu dia beristirahat setelah makan siang. Terakhir yang dia ingat adalah akan pergi ke tempat tidur. Setelah itu Ronaldo kejang lalu dikelilingi rekan-rekan pemain dan kemudian dokter Lidio Toledo datang. Mereka para pemain dan tim kepelatihan tak mengatakan apa yang terjadi pada dirinya. Ronaldo kemudian meminta semuanya keluar dari kamar karena ingin melanjutkan tidur. Setelah itu Leonardo meminta Ronaldo berjalan di taman hotel kemudian menjelaskan kepadanya tentang apa yang terjadi. Leonardo berkata pada Ronaldo bahwa dia tak perlu bermain di laga final nanti.

Teori-Teori Konspirasi

Pernyataan Ronaldo pada media FourFourTwo tidak membawa fakta dan perspektif baru untuk orang-orang yang penasaran. Apa yang dia ungkapkan tidak menegasikan berbagai teori konspirasi tentang kejadian tersebut. FYI, Paling tidak ada enam teori konspirasi yang beredar soal apa yang menimpa Ronaldo pada final Piala Dunia 1998. Pertama, intervensi Nike dan Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) yang memaksa Ronaldo bermain di final meski kondisinya tidak fit. Kedua, Brasil telah menjual trofi Piala Dunia 1998 kepada Prancis melalui FIFA. Dalam konspirasi ini disebutkan para pemain Brasil menerima uang suap sebesar 23 juta USD untuk mengalah. Brasil dijanjikan akan menjadi tuan rumah pada Piala Dunia 2006 dan akan lolos dengan mudah pada Piala Dunia 2002 jika melepas laga kontra Prancis.

Prancis Juara Piala Duniaa 1998
Prancis Juara Piala Duniaa 1998 (Fifa.com)

Ketiga, konspirasi yang menyebut kalau Ronaldo diracun melalui makanan di hotel oleh orang yang tidak suka melihat Brasil sampai juara Piala Dunia lagi seperti empat tahun sebelumnya. Keempat, Ronaldo memiliki masalah kesehatan yang dirahasiakan sepanjang hidupnya, yakni epilepsi. Nahasnya, epilepsinya kambuh tepat sehari jelang laga final World Cup 1998. Kelima, konspirasi pil biru obat penghilang rasa sakit. Obat yang diberikan oleh dokter tim Brasil disebut-sebut memiliki efek samping seperti obat bius. Konspirasi terakhir yang tak kalah menarik, Ronaldo kena santet atau guna-guna oleh paranormal pendukung Prancis. Sudah jadi rumor lama bahwa sepak bola memang tak lepas dari hal klenik seperti itu.

Terlepas dari segala teori konspirasi Piala Dunia 1998, pada edisi World Cup berikutnya di Jepang dan Korea tahun 2002 Ronaldo berhasil mengantarkan Brasil menjuarai Piala Dunia untuk kali kelima. Menariknya, jelang malam final melawan Jerman, Ronaldo mengaku tak bisa tidur karena trauma dengan kejadian yang dialami jelang final Piala Dunia 1998. Namun begitu, kurang tidur tak membuat Ronaldo tampil buruk pada laga final melawan Jerman. Dia berhasil mencetak dua gol di final dan mengantarkan gelar juara yang dinantikan rakyat Brasil. Laga final Piala Dunia 2002 seolah menjadi pembalasan termanis Ronaldo terhadap apa yang telah menimpanya di gelaran Piala Dunia 1998.

Berita Terkait.