Hamilton Pindah Ferarri: Diganti Antonelli, Gantikan Leclerc?

By-|

Instagram

Lewis Hamilton di Podium f1
Lewis Hamilton di Podium f1 (formula1.com)

Di tengah ramainya pemberitaan Tim Andretti gagal gabung Formula 1 (F1), muncul berita lain yang lebih mengejutkan. Berita yang lebih menghebohkan itu adalah kepindahan Lewis Hamilton dari Mercedes ke Ferrari untuk musim balap F1 2025 mendatang. Awalnya banyak yang meragukan kabar tersebut karena terkesan madadak muncul dalam satu dua hari belakangan. bahkan tidak sedikit yang menduga informasi tersebut hanya pengalihan isu dari ditolaknya Andretti masuk F1. Setelah informasi itu terkonfirmasi bukan hoax, terungkap bahwa Hamilton dan Ferrari ternyata telah melakukan negosiasi di belakang layar yang juga melibatkan Presiden Ferarri John Elkhan. Sebelum diumumkan secara resmi oleh Ferrari pada Kamis, 1 Februari 2024, sehari sebelumnya Team Principal Mercedes Toto Wolf mengumpulkan seluruh anggota tim ke markas mereka di Brackley, Inggris. Di sana Toto menginformasikan kebenaran Lewis Hamilton pindah ke Ferrari.

Kepergian Hamilton dari Marcedes ke Ferrari tentu bukan sekadar berita transfer pembalap F1 biasa. Kepindahan Hamilton ke Maranello–markas Ferarri–adalah transfer pembalap F1 terbesar, setidaknya sejak Sebastian Vettel gabung tim yang sama pada 2015 dulu. Unsur kejutan pada kepindahan Hamilton tersebut juga sangat kuat. Siapa menyangka Lewis Hamilton yang dikenal sangat setia pada Mercedes, bahkan baru 5 bulan lalu memperpanjang kontraknya di sana, tiba-tiba memutuskan untuk pindah ke tim rival Marcedes. Belakangan diketahui bahwa sebenarnya kontrak baru Hamilton dengan Mercedes hanya berlaku hingga tahun 2024, dengan opsi perpanjangan satu tahun, dimana pada akhirnya Hamilton memilih untuk tidak memperpanjangnya. Namun mengapa Hamilton pindah secepat itu? Apa yang membuatnya yakin untuk pindah ke Ferrari, bahkan sebelum mobil W15 untuk musim 2024 dirilis ke publik? Apakah ada masalah dalam hubungan Hamilton dengan Mercedes?

Perpecahan Hamilton dan Marcedes

Lewis Hamilton dan Mercedes telah menjalin hubungan yang erat selama bertahun-tahun. Bak simbiosis mutalisme, hubungan keduanya terbilang saling menguntungkan. Bagaimana tidak, siapa yang bakal meragukan bakat luar biasa pria 39 tahun tersebut di lintasan. Di sisi lain, siapa yang berani meragukan juga kapabilitas Marcedes sebagai sebuah tim F1, sumberdaya mereka boleh dibilang tidak terbatas. Keduanya telah bersama sejak Hamilton memulai debutnya di balapapan Formula 1 pada 2007 bersama McLaren. Setelah 16 tahun bersama, apalagi dengan kesuksesan mereka di era hybrid yang mengantarkan Hamilton meraih 6 gelar juara dunia tambahan, Hamilton dan Mercedes menjadi pasangan paling sukses di sepanjang sejarah F1. Namun begitu, dalam dua tahun terakhir hubungan keduanya diuji, tepatnya setelah era mobil ground effect mulai diberlakukan lagi pada 2022. Dalam dua tahun terakhir, Mercedes tidak kompetitif dan tertinggal jauh dari tim Red Bull.

Hamilton juga mengalami puasa kemenangan selama dua tahun terakhir. Dari sinilah tingkat kepercayaan Hamilton kepada Mercedes mendapat ujian lagi. Meskipun Hamilton berulang kali menyatakan di media bahwa ia percaya Mercedes memiliki sumber daya untuk bangkit, namun nyatanya kepercayaannya memudar juga. Bahkan dengan kembalinya James Allison sebagai technical director pada April 2023 lalu, Hamilton tetap tidak yakin Mercedes mampu membantunya juara dunia lagi. Sejak era ground effect malah Ferrari terlihat memiliki mobil yang lebih kompetitif dibandingkan Mercedes. Di musim 2023 saja Ferrari menjadi satu-satunya tim yang mampu memutus kemenangan beruntun Red Bull usai menang di Singapore Grand Prix 2023. Bahkan jika bukan karena kesialan Carlos Sainz Jr di akhir musim, Mercedes mungkin tidak akan finish di posisi runner-up konstruktor. Hilangnya rasa percaya dan keyakinan Hamilton pada Mercedes itu diyakini jadi salah satu alasan dia pindah.

Tergusur Andrea Kimi Antonelli

Andrea Kimi Antonelli
Andrea Kimi Antonelli (Shutterstock)

Meskipun begitu, kepindahan Hamilton ke Ferrari bisa jadi disebabkan lebih dari sekadar hilangnya kepercayaan sang juara dunia tujuh kali itu terhadap sumber daya atau kemampuan Mercedes dalam memproduksi mobil balap yang kompetitif. Seperti diketahui bersama, kabar adanya konflik internal di dalam tim Mercedes memang menyeruak belakangan ini. Selaiin itu, sejak 2020 lalu posisi Lewis Hamilton sebagai pembalap utama Marcedes sudah digoyang juga oleh pemimpin tertinggi Mercedes, Ola Kallenius. Kallenius diketahui ingin regenerasi serta menilai gaji Hamilton dalam kontrak terbarunya yang sebesar 55 juta USD per musim terlalu besar. Kallenius sendiri diketahui lebih menyukai George Russell dan terus mendorong Toto Wolff untuk mencari pengganti Hamilton. Selain ketidaksukaan Kallenius, munculnya pembalap muda berbakat Andrea Kimi Antonelli dari Mercedes Junior Team yang sedang naik daun juga mengancam posisi Hamilton sebagai pembalap utama.

Kehadiran Antonelli diduga membuat Toto Wolff tidak bisa memberikan perpanjangan kontrak jangka panjang pada Hamilton, melainkan kontrak setahun ditambah opsi perpanjangan satu tahun. Toto pastinya sudah paham bahwa dia berpotensi kehilangan Hamilton pada tahun 2025 jika hanya memberikan perpanjangan kontrak pendek. Hamilton boleh jadi memandang durasi kontrak barunya tidak sebanding dengan apa yang telah dia persembahkan untuk Mercedes. Dia pun pasti sadar kontrak pendeknya adalah pertanda Mercedes tak punya rencana jangka panjang dengannya. Tak heran Hamilton lalu bernegosiasi dengan Ferrari yang pada akhirnya seperti bisa menampar Mercedes. Apa pun yang terjadi di balik layar serta apa yang Mercedes lakukan hingga membuat Hamilton kehilangan kepercayaan, sepertinya memang sudah tidak bisa diperbaiki. Hal itu terbukti dari cara Hamilton meninggalkan Mercedes yang boleh dibilang tak kenal kompromi.

Baca juga:

Ditawari Gaji Selangit

Di luar hubungan antara Hamilton dan Marcedes yang tidak semesra dulu, apa yang sebenarnya ditawarkan Ferrari kepada pembalap 39 tahun tersebut sehingga bisa meyakinkannya pindah ke Maranello? Ferrari memang terbilang tidak main-main dalam melakukan pedekatan kepada Hamilton. Sebagaimana telah kami tulis di muka, John Elkann sendiri yang langsung turun tangan bernegosiasi dengan Hamilton. Elkann sudah lama ingin mendatangkan Hamilton ke Ferrari dan tahun lalu pun sudah ada kabar soal kepindahan pembalap Mercedes itu. Namun upaya pertama Elkann gagal karena Hamilton memilih tetap bertahan di tim Mercedes. Tahun ini setelah mengetahui ada celah di kontrak Hamilton, Elkann bergerak cepat untuk melakukan negosiasi ulang dengan Hamilton. Team principal Ferararri Frederic Vasseur yang dulu adalah bos tim ART saat Hamilton masih membalap di ajang GP2 disinyalir punya andil besar juga dalam negosiasi dengan Hamilton.

John Elkann Pemilik Tim Ferarri
John Elkann Pemilik Tim Ferarri (Shutterstock)

Selain itu, pembalap F1 mana yang tidak ingin bergabung dengan tim selegendaris Ferrari? Kita pasti ingat dengan salah satu kutipan populer dari Sebastian Vettel berapa tahun silam, “Semua orang adalah penggemar Ferrari. Bahkan meski mereka mengatakan tidak, pasti ada kesan tersendiri di hati mereka saat melihat Ferrari”. Hamilton pun dulu pernah mengungkapkan dirinya punya keinginan terpendam untuk bisa membalap bersama tim Ferarri di masa mendatang. Selama bertahun-tahun Hamilton juga kerap dikaitkan dengan Ferrari, walay tidak pernah terwujud. Sampai akhirnya hari yang dia nantikan tiba kemarin, dimana Ferrari mendapatkan pembalap juara dunia lagi selepas kepergian Vettel pada 2020 lalu. Ferrari dikabarkan juga memberikan gaji sangat tinggi untuk Hamilton, yaitu 100 juta dolar per musim. Jumlah gaji tersebut jauh melampaui rekor gaji milik juara bertahan F1 sekarang, Max Verstappen, yang mendapatkan bayaran 70 juta dolar per musimnya.

Hamilton Akan Juara pada 2026?

Selain ditawari gaji yang fantastis, Ferrari kemungkinan juga berhasil meyakinkan Hamilton bahwa mereka mampu membuat mobil balap yang kompetitif. Jika kita menengok ke belakang saat Hamilton pindah dari McLaren ke Mercedes pada 2013, kala itu sangat banyak yang meragukan Hamilton bakal sukses di tim barunya. Keraguan itu cukup beralasan karena pada masa itu Mercedes masih terbilang biasa-biasa saja. Keputusan Hamilton pindah ke Mercedes akhirnya menuai hasil manis dengan dominasi mereka di era mesin hybrid 2014–2021. Bisa jadi hal serupa akan terulang di Ferrari nanti saat Hamilton menjadi pembalap mereka. Kondisi kepindahan Hamilton sekarang relatif mirip dengan dulu, dimana Hamilton pindah pada 2025, lalu setahun bersealang adalah penerapan regulasi baru F1 tahun 2026. Apakah Ferrari sudah menunjukkan data mesin 2026 yang meyakinkan kepada Hamilton sehingga membuatnya mantap pindah ke Maranello? Boleh jadi memang seperti itu.

Menutup karir bersama Ferrari pastinya akan menjadi sebuah final chapter yang sangat indah dalam perjalanan karier Hamilton di dunia balap. Seorang pembalap yang sering masuk dalam perdebatan GOAT seperti Hamilton memang rasanya ada yang kurang bila dia belum pernah merasakan semusim membalap bersama Tim Ferrari. Hamilton tentunya ingin pula mengikuti jejak legenda F1 lainnya seperti Michael Schumacher yang bisa membalap bersama Ferarri, sesuatu yang bahkan Ayrton Senna belum bisa lakukan. Apalagi jika Hamilton nanti bisa kembali membawa gelar Juara ke Maranello setelah lebih dari 15 tahun lamanya, tentu kenangannya bersama para tifosi jauh lebih indah. Bahkan kalau pun nanti Hamilton tidak berhasil jadi juara dunia bersama Ferrari, legacy Hamilton sebagai salah satu legenda F1 relatif tidak akan rusak. Pasalnya, mantan juara dunia F1 lain yang tak kalah hebat seperti Fernando Alonso serta Sebastian Vettel pun juga tak pernah juara saat bersama Ferarri.

Jadi Pembalap Utama Gusur Leclerc

Charles Leclerc Pembalap Ferarri
Charles Leclerc Pembalap Ferarri (Shutterstock)

Charles Leclerc yang saat ini jadi pembalap utama Ferrari memperpanjang kontraknya beberapa hari sebelum Hamilton diumumkan gabung untuk musim 2025. Keduanya bakal jadi duet yang terbilang kuat, bahkan sangat kuat, untuk Ferrari musim depan. Namun demikian, memang tak dipungkiri bakal ada potensi konflik ketika keduanya punya ambisi masing-masing untuk menjadi juara dunia. Bila melihat fakta terkini bahwa John Elkan yang turun langsung dalam negosiasi Hamilton, posisi Leclerc sebagai pembalap utama Ferarri sepertinya akan tergusur pada musim 2025 mendatang. Leclerc harus berbagi ambisi serta bisa menahan egonya demi Hamilton. Seperti telah kami sampaikan, kedatangan Hamilton merupakan sesuatu yang sudah ditunggu-tunggu Ferrari sejak 2020 ketika Vettel hengkang. Mental juara yang dibawa oleh seorang tujuh kali juara dunia seperti Hamilton akan membawa semangat baru di Ferrari, yang pada gilirannya akan membuat tim lebih terpacu meracik mobil juara.

Hamilton juga diharapkan bisa membantu Vasseur dalam misinya untuk memboyong para engineer top F1 ke Ferrari. Kepindahan Hamilton memang diprediksi bakal memancing banyak engineer top Formula 1 untuk ikut hijrah ke Maranello. Beberapa engineer top yang dikabarkan mengikuti Hamilton pindah ke Ferarri adalah Performance Director Mercedes Loic Serra dan Head of Trackside Performance Mercedes Riccardo Musconi. Hadirnya Hamilton pun dianggap sebagai kepingan puzzle yang datang untuk melengkapi proyek rebuilding Frederic Vasseur terhadap Ferarri. Hamilton juga melanjutkan tradisi pembalap kaliber juara dunia yang mengendarai mobil F1 Ferrari, ikuti jejak Alain Prost, Michael Schumacher, Fernando Alonso, dan Sebastian Vettel. Hal seperti itu sebelumnya tidak mereka dapatkan dari seoarang Leclerc, meski secara skill dia mumpuni. Mentalitas juara inilah yang diperlukan di dalam tim seperti Ferarri untuk kembali bisa bersaing meraih gelar juara dunia.

Berita Terkait.